ketika kehebohan awal bahwa filosofi kopi akan dibuat filmnya, gue mencoba mengingat-ingat lagi cerpen filosofi kopi yang sudah dibaca entah berapa tahun yang lalu.
sama dengan beberapa reviewer lain yang penuh tanda tanya akan kemunculan karakter el yang sebelumnya tidak ada di cerpen, gue juga merasa (bertanya-tanya) apa perlu ditambah karakter baru?, karena di cerpen, ben dan jody aja sudah cukup, dan gue merasa ga perlu ada tambahan orang lain.
@JennyJusuf btw, gue lebih suka original plot kalo kopi tiwus itu dikasih tau sama bapak2 berbatik :) re: @filkopmovie
— snydez (@snydez) April 5, 2015
lokasi wisata sumba barat yang kita jalani waktu lalu itu cuma 2: kampung tradisional dan pantai.
di kampung tradisional sumba, bisa didapati orang yang sedang menenun membuat kain tradisional, dan yang sudah jadi ditawarkan ke tamu yang datang.
kain tradisional tersebut karena dibuat tanpa bantuan mesin modern membutuhkan waktu lama, sehingga harganya bisa dibilang mahal.
From pub |
rata rata isi kampung pada siang hari adalah ibu-ibu dan anak-anak. ibu-ibu nya masak untuk bapak-bapak yang pergi ke sawah/ladang.
jadi bisa dibilang sumber pendapatan mereka itu cuma dari menjual kain, dan sumbangan tamu yang datang (dengan konsep mengisi buku tamu).
beberapa kampung terletak di lokasi terpencil, sehingga tidak dilewati listrik dari PLN(?). yang kemudian mendapatkan bantuan solar panel dari pemerintah daerah.
secara tradisional para penghuni rumah akan menyalakan api di tengah rumah. sebagai sumber cahaya, dan pengusir dingin.
rumah tradisional mempunyai 4 bagian. bagian bawah untuk ternak, ayam, babi. bagian kedua untuk manusia. bagian ketiga untuk bahan makanan, bagian keempat untuk arwah leluhur.
di tengah kampung biasanya ada sederetan makam batu yang berderet membentuk seperti lingkaran, walaupun di beberapa sisi atau di lokasi di seputran kampun juga banyak terdapat makam.
makam asli terbuat dari batu tinggi kira-kira semeter dan lebar kurang dari 1 meter. di dalamnya dibuat semacam tempat tidur dari batu juga untuk menaruh mayat.
dari beberapa ada yang makamnya belum berisi, atau sudah berisi kemudian diisi tambahan lagi dengan membobok dinding makam.
makanya yang modern, mereka menggunakan batu bata dan semen biasa untuk mempermudah hal tersebut.
From pub |
jadi kalau gak salah mengerti, makam itu bisa diisi bapak, kemudian anaknya (dan sebaliknya), kecuali si anak sudah berkeluarga, maka akan mempunyai makam terpisah.
makam yang modern tampaknya terjadi asimilasi dengan agama kristen, biasanya bentuknya sangat besar, dan dibuat lebih bagus, apalagi ditambah dengan dipasang keramik dan kemudian ditandai dengan salib.
salah satu acara adat di sumba barat adalah pasola, perang-perangan antar kampung menggunakan tombak sambil berkuda.
didi, guide kita bilang, kalo ada yang tewas, ga akan ada hukuman atau ditangkap polisi.
pantai di sumba bisa dibilang masih asri, saking asrinya belum ada fasilitas yang memadai untuk orang yang ingin berenang. belum ada tempat bilas, tempat salin, wc.
itu kalau pantainya landai bisa diberenangi.
sebagian besar yang kita kunjungi mempunyai pantai yang berbatu. jadi ya hanya melihat lihat dari atas karang saja.
From pub |
From pub |
lokasi pantai yang di pinggir pulau mempunyai akses yang sangat sangat minim. jalanan belum diaspal, dan juga hanya muat dilewati satu mobil, dengan ilalang tajam di sisi kanan kiri. jadi jangan harap ada penerangan kalau malam.
sama seperti kampung adat yang terpencil, sama sekali tidak ada listrik. jadi ga kebayang kalau malam-malam ada disekitar situ.
di salah satu pantai, pantai mandorak, ada lahan yang ternyata sudah ‘dimiliki’ oleh orang asing. serba salah, walaupun orang asing ternyata mereka membantu orang sekitar, sementara pemerintah belum tentu segitunya membantu rakyatnya ‘naik kelas’.
related post:
tanpa gue sangka (...walaupun ngarep), gue mendapatkan tiket garuda indonesia pulang pergi jakarta - sumba (barat) dari mira lesmana dan pendekar tongkat emasnya.
Pemenang 2 adalaaah... @snydez !!! Selamat kamu dpt 2 tix ke Sumba dg @IndonesiaGaruda #OSTPendekarTongkatEmas pic.twitter.com/UUJFDtq5Xn
— Mira Lesmana (@MirLes) November 17, 2014
ekspresi pertama adalah : wow!
ekspresi kedua kemudian : errr. terus..?
ok, ternyata memang hanya tiket pesawat tokh aja, ga ada yang lain.
dan beruntunglah bahwa rahne sebagai pemenang tiket satu lagi mau repot ngurusin segala sesuatunya jadi gue dan ran tinggal nebeng aja .hehhe . thx ne!
jadi, sumba itu di mana? buat yang dulu waktu sekolah ga nyimak pelajaran geografi kaya’ gue, tentu nebak nebak doang jadinya.
dan banyak yang salah kaprah dengan sumbawa.
sumba dan sumbawa adalah dua pulau berbeda. dan lumayan terpisah laut yang lumayan jauh.
sumba masuk provinsi nusa tenggara timur, sementara sumbawa masuk nusa tenggara barat. dan secara garis waktu, masuk ke Waktu Indonesia Tengah, GMT +8. sama dengan bali.
penerbangan dengan garuda indonesia ke sumba dari jakarta, ternyata harus transit dulu di denpasar, untuk kemudian disambung pesawat lain ke tambolaka dan terus ke kupang.
di tambolaka inilah kita berlabuh. bandara ini berada di kota waitabula, atau weetabula di sumba barat.
jadi, kira kira 1,5 jam jakarta - denpasar, 1-2 jam transit, dan kira-kira 1 jam ke tambolaka.
bandara tambolaka ini sudah lumayan tua (dari jaman jepang?). namun saat ini sedang berbenah dengan terlihat direnovasinya beberapa lokasi di dalam ruang kedatangan dan ruang keberangkatan.
untuk akomodasi di waitabula, ada beberapa penginapan di seputaran bandara, salah satunya adalah hotel sinar tambolaka.
hotel ini yang terdekat dari bandara. tapi ya karena memang dari bandara ke kota sangat dekat jaraknya.
kita mendarat sekitar jam 2 siang, tidak terlihat kesibukan yang berarti dari penduduk kota. apalagi karena kota waitabula ini termasuk kota kecil.
setelah menaruh bagasi di hotel, kita lanjutkan dengan makan siang di sebuah restoran bernama warungku. ketika ditanya ke supir/guide kami kenapa kita dibawa makan di restoran tersebut, apa tidak ada opsi lain. dia cuma menggeleng.
setelah makan, kita diajak didi ke pantai.
ternyata pantai waikelo ini adalah pelabuhan kapal dan feri. tapi tidak sibuk apalagi ramai. entah karena sudah sore atau memang seperti itulah keadaannya.
bisa dibilang, pelabuhan waikelo ini merupakan lokasi tujuan turis yang paling dekat dengan kota, waktu tempuh sekitar 15 menit.
sementara tempat lokasi tempat wisata lain lumayan jauh jauh, yang paling dekat sekitar 2 jam perjalanan. tempat wisatanya bisa dibilang sangat terpencil dan masih belum dikelola secara baik.
jadi apa aja sih tempat wisata di sumba barat? secara garis besar bisa dibagi 3; pantai, bukit/air terjun, desa tradisional.
berikut tempat yang kita kunjungi selama di sumba barat;
trus? yang tempat shooting film pendekar tongkat emas itu yang mana?
errr. kita ga kesana, itu lokasinya semua di sumba timur, berhubung antara supir/guidenya yang males nganter kesana, ditambah emang jarak perjalanan makan waktu lebih setengah hari, *aleysan
sementara itu kondisi cuaca yang sering hujan membuat beberapa tempat tujuan agak sia sia karena tidak ada yang bisa dilihat, seperti ketika pergi ke air terjun laipopo. saat itu habis hujan lebat, curah air di sungai sangat deras, petugas pengawas air terjun pun memasang larangan untuk masuk menuju air terjun, dan tidak bertanggung jawab untuk masalah yang timbul jika melanggar larangan tersebut.