lokasi wisata sumba barat yang kita jalani waktu lalu itu cuma 2: kampung tradisional dan pantai.
di kampung tradisional sumba, bisa didapati orang yang sedang menenun membuat kain tradisional, dan yang sudah jadi ditawarkan ke tamu yang datang.
kain tradisional tersebut karena dibuat tanpa bantuan mesin modern membutuhkan waktu lama, sehingga harganya bisa dibilang mahal.
From pub |
rata rata isi kampung pada siang hari adalah ibu-ibu dan anak-anak. ibu-ibu nya masak untuk bapak-bapak yang pergi ke sawah/ladang.
jadi bisa dibilang sumber pendapatan mereka itu cuma dari menjual kain, dan sumbangan tamu yang datang (dengan konsep mengisi buku tamu).
beberapa kampung terletak di lokasi terpencil, sehingga tidak dilewati listrik dari PLN(?). yang kemudian mendapatkan bantuan solar panel dari pemerintah daerah.
secara tradisional para penghuni rumah akan menyalakan api di tengah rumah. sebagai sumber cahaya, dan pengusir dingin.
rumah tradisional mempunyai 4 bagian. bagian bawah untuk ternak, ayam, babi. bagian kedua untuk manusia. bagian ketiga untuk bahan makanan, bagian keempat untuk arwah leluhur.
di tengah kampung biasanya ada sederetan makam batu yang berderet membentuk seperti lingkaran, walaupun di beberapa sisi atau di lokasi di seputran kampun juga banyak terdapat makam.
makam asli terbuat dari batu tinggi kira-kira semeter dan lebar kurang dari 1 meter. di dalamnya dibuat semacam tempat tidur dari batu juga untuk menaruh mayat.
dari beberapa ada yang makamnya belum berisi, atau sudah berisi kemudian diisi tambahan lagi dengan membobok dinding makam.
makanya yang modern, mereka menggunakan batu bata dan semen biasa untuk mempermudah hal tersebut.
From pub |
jadi kalau gak salah mengerti, makam itu bisa diisi bapak, kemudian anaknya (dan sebaliknya), kecuali si anak sudah berkeluarga, maka akan mempunyai makam terpisah.
makam yang modern tampaknya terjadi asimilasi dengan agama kristen, biasanya bentuknya sangat besar, dan dibuat lebih bagus, apalagi ditambah dengan dipasang keramik dan kemudian ditandai dengan salib.
salah satu acara adat di sumba barat adalah pasola, perang-perangan antar kampung menggunakan tombak sambil berkuda.
didi, guide kita bilang, kalo ada yang tewas, ga akan ada hukuman atau ditangkap polisi.
pantai di sumba bisa dibilang masih asri, saking asrinya belum ada fasilitas yang memadai untuk orang yang ingin berenang. belum ada tempat bilas, tempat salin, wc.
itu kalau pantainya landai bisa diberenangi.
sebagian besar yang kita kunjungi mempunyai pantai yang berbatu. jadi ya hanya melihat lihat dari atas karang saja.
From pub |
From pub |
lokasi pantai yang di pinggir pulau mempunyai akses yang sangat sangat minim. jalanan belum diaspal, dan juga hanya muat dilewati satu mobil, dengan ilalang tajam di sisi kanan kiri. jadi jangan harap ada penerangan kalau malam.
sama seperti kampung adat yang terpencil, sama sekali tidak ada listrik. jadi ga kebayang kalau malam-malam ada disekitar situ.
di salah satu pantai, pantai mandorak, ada lahan yang ternyata sudah ‘dimiliki’ oleh orang asing. serba salah, walaupun orang asing ternyata mereka membantu orang sekitar, sementara pemerintah belum tentu segitunya membantu rakyatnya ‘naik kelas’.
related post: