yang namanya pendapat sih boleh bedabeda. nah kadang kala perbedaan itu bikin silang sengketa ^[hiperbola], dan debat tidak berkeujungan.

pada suatu waktu gue mengunjungi dokter gigi,
dokter tersebut memberitahu, bahwa menggosok gigi yang benar adalah secara circular, jadi tidak hanya dari atas kebawah, tapi juga memutar,
lalu diberitahukan untuk tidak menggosok gigi terlalu sering.

lalu pada suatu waktu ran mengujungi dokter gigi.
dokter yang dikunjunginya, memberitahu adalah sangat baik menggosok gigi ketika setiap selesai makan, dan menggosoknya dari atas kebawah.
dengan kata laen bisa lebih dari 3x menggosok giginya.

lalu pada suatu waktu pandji bilang bahwa dia dianjurkan dokter gigi nya untuk menggosok gigi setelah makan pagi, bukan pada saat mandi pagi.
jadi kalo ga sarapan, bisa 1 kali aja gosok giginya dunk ;)

cobain deh tu dokter gigi, kuliah semester 3 di UI, trus semester 4 di Trisakti, trus semester 5 di Atmajaya,..misalnya..
tentu pandangan mereka akan lebih terbuka dengan banyak nya opini yang diajar dosen mereka.

opini?..hmm..
seharusnya sih yang mereka pelajari bukan opini, tapi fakta yang didukung data dan hasil penelitian. bahwa berdasarkan penelitian X, 68% orang yang menggosok gigi dengan cara A, menghasilkan gigi yang V.
dengan begitu ketika mereka sudah beredar dimasyarakat dengan titel 'dokter gigi', mereka juga bisa memberikan data tersebut secara meyakinkan ke pasienpasien mereka.

lain ladang lain belalang, lain padang lain ilalang, lain lubuk lain ikannya.

kembali ke tht problem kemaren. kembali lah gue mengunjungi dokter tht di rs Dr. Mintohardjo.

kali ini gue datang bukan hari regular gue dateng, soalnya tersumbatnya ni kuping udah menyebalkan banget, jadi gue putusin hari senin ini ke dokternya.
dokternya bukan dokter yang udah beberapa minggu ini merawat telinga gue.
dia baca medical record gue, trus periksa telinga. trus dia mengambil langkah yang berbeda dengan dokter sebelumnya. yang bisa gue anggap agak bertolak belakang.. heh! gue sebagai pasien yang mencari sembuh, tentu hanya bisa mengikuti apa yang diperintahkan err.. disarankan dokter. tapi kalo agak bertolak belakang gini, gue bingung, mana yang sebenernya pas buat mentreat penyakit gue ini.

possibly related post : scatter, co-as

minggu lalu, ke dokter tht. there's always sumthin' wrong with my ears.
pas masuk ruang periksa, dibelakang dokternya, ada beberapa anak muda berjas putih dengan buku serta pensil/pulpen ditangannya.
mereka biasa disebut dokter co-as (co-assistance(?)).

selagi diperiksa, sana sini, trus dokternya minta sesuatu "coba tolong ambilkan saya stetoskop"
salah seorang dengan segera mengambil stetoskop yang terdapat disekitar situ.
ketika menerima stetoskop, dokternya nanya "fungsi stetoskop apa?"
yang ditanya agak kaget + heran, trus menjawab dengan tidak tegasnya.

gue jadi nyengir dalam hati,:P iya ya.., kadang kadang kita ditanyakan hal kecil yang seharusnya menjadi expertise kita, eh malah blank dan gelagapan.

tapi kalo gue perhatiin mereka (para co-as) itu juga ga ngapa-ngapain selain ngeliatin dokter nulis apa, dengerin dokter ngomong apa ke pasien, mereka kaya'nya jarang banget ikut berinteraksi dengan pasien si dokter, mereka hanya secara pasif berada di ruang praktek itu.

tapi untuk hari ini para dokter co-as itu agak beruntung dibanding rekannya minggu lalu (yang ditanyain soal stetoskop),
hari ini gue bawa foto rontgen kepala gue, dan dengan serta merta dokter nya menjelaskan secara detail analisa dari foto itu, menjelaskan apa pengaruh hidung ke telinga gue, dst, dsb, dll.
ditambah, gue di perlihatkan replika bagian dalam hidung, sambil dijelaskan, apa kenapa nya dan apa yang terjadi di idung gue. :)

semoga para co-as itu gak jadi kaya' dokter yang punya primbon mimpi ini aja hehehe :D