gue udah kenal dokter ferdiriva dari semenjak tahun 2000-an di forum kg, yang paling gue inget di forum tersebut beliau menuliskan hal hal absurd (yang sudah sangat tidak bisa diterima akal sehat) tentang maisy :D.
dan kemudian sempat bertemu beliau ketika sedang mengurus masuk ke Spesialis di FK UI. itu pertama kalinya ketemu dan terakhir (soalnya ga pernah ketemuan lagi) :P.
personaly, dokter riva ini sama dengan profile dia di dunia maya :D. eh beda dikit deng, kalo yang di dunia nyata lengkap dengan gesturenya :D
ketika beliau menulis di blog seperti di blogspot, multiply , domain sendiri bahkan di friendster, dan facebook gue masih sering baca. tapi sayangnya blog blog tersebut ga terlalu konsisten, alias blog blog tersebut sering mati (suri) karena seringnya berpindah-pindah platform. dan gue udah ga denger kabar lagi tentang beliau sampai pada suatu waktu denger beliau membukukan sebagian postingan beliau menjadi buku gue lupa judul bukunya (setelah ngeliat goodreads ferdiriva) berjudul dokter ngocol. wah keren.
dan beberapa waktu kemudian, sekelebat denger bahwa riva ngelurin buku lagi berjudul cado-cado catatan dodol calon dokter. tapi karena promonya terkesan hanya untuk calon dokter, gue sama sekali ga minat beli, walaupun sedodol apapun.
sampai pada suatu waktu lagi berkeliaran di gramedia grand indonesia, yang pasti lagi browsing komik, nah di zona tersebut entah kenapa saat itu berantakan banget, kerdus-kerdus beserakan, buku-buku berantakan. nah, gue ngeliat buku : cado-cado kuadrat tergeletak disalah satu tumpukan. lho? udah ada buku berikutnya toh. produktif banget nih riva. entah kenapa lantas aja gue ambil buku itu gue tenteng.
tapi sambil masih browsing dan nenteng buku cado-cado kuadrat ini, gue mikir, yah sayang banget punya yang sequel tapi ga punya yang sebelumnya. walhasil gue ngubek-ngubek tumpukan buku dan kerdus disekitar tempat gue nemu buku cado-cado kuadrat tadi.
lalu nyoba search di komputernya gramedia, dan tercantum masih ada beberapa buku cado-cado tersedia di stok.
dan setelah beberapa waktu ngubek gubek lagi, akhirnya nemu juga lah buku yang cado-cado.
nyari waktu senggang yang pas buat baca itu susah sampai akhirnya ada juga kesampaian gue baca cado-cado, yaitu ketika gue lagi terapi fisio :D
suster yang handle gue sempet beberapa kali ngelirik judul bukunya, tapi ga nanya apa apa :D
note: dokter itu singkata gelar nya dr., bukan Dr..
kesimpulan singkatnya setelah gue baca, cerita di buku cado-cado ini menarik, walaupun masih kaku-kaku, dan yang masih terasa adalah, ya inilah (tulisan) riva yang gue kenal. cerita dilengkapi dengan berbagai karakter-karakter ajaib didalamnya :D. gue pernah inget si uba - salah satu karakter di cado-cado ini - diceritakan di blognya riva. jadi ketika gue baca lagi di buku ini, langsung connect.
tapi ada yang gue rasa kurang ketika baca cado-cado ini, urat ketawa gue gak terlalu kepancing. entah kenapa.
berbeda ketika baca cado-cado kuadrat, jauh banget perbedaan yang gue rasakan. di cado-cado kuadrat gue bisa ngikik sendirian. bahkan sialnya gue bawa buku cado-cado kuadrat sambil nunggu motor service di bengkel resmi, dimana ruang tunggunya rame. walhasil beberapa orang sempat ngelirik ke gue sambil terheran-heran kenapa gue ngikik sendiri.
dan ngebaca di cado-cado kuadrat lebih enak buat mata dibanding baca cado-cado, mungkin karena pen-spasi-annya lebih pas.
karakter-karakter di cado-cado kuadrat sebagian besar sudah muncul di cado-cado. jadi kalau ga baca yang cado-cado agak kurang nangkep pengkarakterannya. karena penjelasan tentang karakter-karakter tersebut hanya ada di cado-cado, tapi ga ada di cado-cado kuadrat.
nah dari buku cado-cado sampai cado-cado kuadrat ada yang menarik perhatian gue ketika riva bercerita tentang calon dokter yang punya relasi dokter. entah bapaknya lah yang dokter atau keluarga dekatnya.
dari dua(?) cerita berbeda diceritakan si calon dokter tersebut menggampangkan masa-masa koas mereka dengan berbagai cara. ada yang bolos, ada yang menyuap (kalo gak mau dibilang nyogok). walhasil gue khawatir banget kalo calon dokter seperti itu dibolehin (baca: dilulusin) jadi dokter - meriksa pasien, ngobatin pasien - yang mengakibatkan permasalahan lanjutan psikologis maupun psikis.
apalagi maraknya hal tentang malapraktik, dimana sialnya ketika ada dugaan malakpraktik, IDI diduga sama sekali berpihak pada rekan sejawatnya, alias korban - si pasien - tetaplah korban ;(
dan juga digambarkan banyak dokter senior itu galak. hmm... , galak, jadi ngebayanin galaknya kak ros di upin dan ipin. dimana ada adegan kak ros yang sudah menjadi dokter, dan memarahi pasiennya karena ga bener makan obatnya, walhasil disaat itu juga pasiennya langsung semaput.
unrelated post : cobaan di hari selasa
di gedung kantor, setiap 3 bulan sekali diadakan donor darah. sehingga memudahkan orang-orang yang ingin mendonorkan darahnya ga perlu bersusah payah ke PMI pusat.
dan salah satu bagusnya diadakan regular begini, orang yang tadinya tidak tertarik berdonor, bisa ikutan (baca: ikutan temen) mendonorkan darahnya.
cuma, karena acara dilaksanakan pada jam kantor, walhasil ada beberapa hal yang perlu jadi pertimbangan.
pendonoran dilakukan sekitar jam 2 siang sampai jam 4. acara ini biasanya disponsori salah satu perusahaan di gedung ini. dan tentu, karena disponsori oleh perusahaan tersebut, karyawan mereka akan mendapat perioritas untuk mendonorkan dahulu. sehingga jika datang on-time jam 2 pun, nomor antriannya bisa sampe berpuluh-puluh.
karena gak tentu dengan waktu antrian yang mesti dijalani, sehingga menunggu dipanggil itu merupakan hal yang membuang-buang waktu di jam kerja, apalagi kalau ada kerjaan yang mesti dibereskan pada waktu yang bersamaan dengan jadwal donor tersebut.
nanti, setelah sejam-an ngantri, dan kemudian dipanggil, untuk melalui tahapan pemeriksaan medis oleh dokter, ada kemungkinan gagal mendonor, karena dilarang oleh dokter.
nah, kebayang khan waktu yang kebuang, dengan hasil percuma itu menyebalkan.
PMI memberikan formulir isian yang wajib kita isi sebelum mendonor. di formulir tersebut kita harus mengisi beberapa hal yang tampaknya kemudian menjadi rujukan dokter untuk meloloskan kita atau menolak kita mendonor darah.
kalo menurut gue, harusnya formulir itu harusnya bisa mempermudah pendonor , - sehingga tidak buang-buang waktu antri dan kemudian ditolak - , untuk mengetahui apakah dia layak mendonor atau tidak.
formulir tersebut harusnya menampilkan daftar kondisi (seperti yang sekarang sudah ada) yang secara absolut tidak boleh mendonorkan darah.
jadi ketika seperti gue yang baru aja vaksinasi, kalo di formulir itu tercantum bahwa "vaksinasi minimal 9 minggu sebelumnya", maka gue akan langsung ngambil kesimpulan untuk tidak mendonor.
atau jika "berat badan anda kurang dari 40kg", maka sudah tentu tidak boleh mendonor.
hal kaya' gini khan jadi mempersingkat waktu, dari pada clueless nunggu diantrian, abis itu diperiksa dokter dan ujung-ujungnya ditolak.
kirakira 3 minggu lalu, gue ke bengkel motor, dengan keluhan, electric starternya sering contact sendiri kalo lagi dipake [setelah] hujan dan/atau setelah di cuci steam.
kata montirnya, yang bermasalah adalah dinamo starternya, gue iya in aja untuk diganti.
berhubung lagi di bengkel, sekalian gue nanyain apakah rantai nya perlu diganti, mengingat udah lebih 2 tahunan umurnya, apalagi gue merasa agak gak nyaman kadang kadang kaya' selip ban.
kata montirnya, engga usah diganti, nanti digeser aja bannya, gue iyain aja.
beberapa hari setelah itu. hujan hujanan lah gue pulang. dan korsleting di starter tetep terjadi.
biasanya, kalo ketika terjadi korslet, gue pencet pencet starter nya, dan biasanya disconnect [walaunpun untuk sesaat, karena beberapa meter kemudian pasti korslet lagi]. tapi kali ini biar gue pencetpencet, tetep aja korslet.
akhirnya gue putusin minggir, untuk kemudian matiin motor [dan kemudian gue pukul pukul area starter, saking sebelnya, karena gue yakin gak bakalan juga bisa mecahin masalah itu dengan mukulmukul]
setelah diyakinin sama bapakbapak di deket gue berenti, bahwa gak bakalan kebakar motor gue, paling aki nya aja yang abis. akhirnya gue terusin jalan.
lalu minggu kemarin gue ke bengkel lagi, bengkel yang lain.
gue utarain soal korslet itu, trus montirnya bilang, itu starter nya yang masalah, tapi mesti ganti yang orisinal, supaya masalahnya ga timbul lagi.
berhubung tu bengkel ga ada kehabisan starter orisinal, dia menyarankan gue beli dulu, trus balik lagi.
pergilah gue nyari nyari, berhubung itu hari minggu, gak ada bengkel resmi yang buka. ketemu toko onderdil yang ngejual seharga yang diluar bayangan gue .
ya sudah ga jadi beli, pas mau pulang, lewat sebuah bengkel lain lagi, dan entah kenapa gue berenti aja. lalu gue utarakan lagi permasalah gue,
kembali montir ini menyatakan hal yang sama, bahwa starter nya harus diganti. dan dia punya stok yang 'katanya' orisinal, soalnya harganya jauh dari yang ditawarin tadi. gue iyain untuk diganti.
lalu gue kembali nanya soal rantai, terus dibilang, bahwa rantai itu sudah waktunya diganti. halah!
itu motor, bagaimana dengan tubuh manusia?,
ada keluhan, pergi ke dokter satu, didiagnosanya penyakit anu, ditangani secara anu, gak sembuh.
kalo nyoba pergi ke dokter dua, didiagnosanya penyakit itu, ditangani secara itu, kaya'nya sembuh.
tapi gak lama kambuh.
akhirnya, mungkin baru pas di dokter lima puluh, dengan diagnosa blbabla, baru sembuh.
takutnya belum sampe dokter lima puluh, sudah akut, dan tidak tertolong. bagaimana ya?.
dengan jargon, dokter/manusia berusaha dan Tuhan lah yang menentukan, kadang kadang jadi semuanya jadi permisif.
terus juga, kalo misalnya disamain dengan motor, bahwa cuma dateng ke bengkel kalo lagi ada masalah. dan ketika diperiksa montir, walhasil penyakit tu motor bukan cuma satu, tapi lima atau bahkan sampe sepuluh masalah. yang ada jomplang deh.
nah kalo manusia, baru dateng ke dokter hanya pas sakit doang?, dan setelah didiagnosa ternyata ada lebih dari dua penyakit yang mengakibatkan komplikasi, gimana ga jomplang?, yang ada secara kejiwaan jadi ngedrop sehingga fisik juga melorot.
untuk melakukan pemeriksaan regular, gue rasa orang kaya' gue sih males juga ya? :),
"ngga sakit koq ke dokter", gitu paling pikirannya.
mau regular full medical check-up, kantong ga ngejar :D, lagian jarang ada asuransi [kantor] yang menerima medical check-up claim.