masa' milih capres cuma karena dia bisa meng-gol-kan indonesia jadi tuan rumah piala dunia?.
milih capres tuh yang bisa membahagiakan rakyat, dengan menjadikan rakyat bebas dari kebodohan dan kemiskinan. bukan karena tuh capres berjanji menjadikan indonesia tuan rumah piala dunia.
milih capres tuh yang bisa mengakomodir segala keinginan warganya. bukan hanya mengakomodir keinginan segelintir orang, yang mungkin berharap dapat cipratan rejekin -- kalo emang beneran indonesia jadi tuan rumah piala dunia. cuma segelintir, dan sesaat pulak. gak merata.
pilih capres tuh yang punya pikiran jernih. emangnya sepak bola indonesia ini bisa 'berbicara' apa di tingkat dunia?, di tingkat asia?, bahkan di tingkat asia tenggara aja cuma bisa menang karena dikandang, dan itu pun ga semua pertandingan dimenangin.
tiba tiba aja pas pertandingan sepak bola, yang nonton jadi mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi. lha, koq pada saat pertandingan lokal, dikemanain tuh nasionalisme, tawuran lah, ada yang mati kebunuh, sesama orang indonesia tuh.. -- eh malah ngelantur, padahal lagi ngomongin capres :d
flipping channel tipi sambil ngeliat pembahasan pemilu, ketika sampai ke masalah DPT, koq yang dibahas cuma bahwa terdapat nama anak dibawah umur, nama orang dobel, orang yang sudah meninggal, TNI / Polri, tapi gak kedengeran disebut kalo ada banyak nama orang yang tidak terdaftar di DPT.
misalnya vanya, yang bertanya-tanya kenapa dia dan keluarganya yang udah puluhan tahun tinggal di daerah yang sama, tapi koq malah tidak terdaftar di DPT. padahal lima tahun lalu mereka terdaftar dan memilih.
lalu pagi ini, di twitter pun bertebaran informasi kalo banyak yang ga milih, karena mereka ga terdaftar.
ada apa dengan DPT ini ya?.
kalo udah H-sekian, buat para pemilih yang baru tau kalo namanya tidak tercantum, tentu sudah tidak bisa apa-apa, karena tidak ada pengecualian untuk hal tersebut. kalau mereka masih niat pengen ikut pemilu presiden, katanya mereka bisa 'mendaftarkan' nya pada saat mereka ditolak di TPS.
kalo yang gue tangkep disini adalah, keteledoran RT yang tidak me-list para warganya dengan baik. jika list tersebut ada, dan jika memang benar bahwa jauh-jauh hari sebelumnya ada 'pendaftaran' pemilih. para RT ini bisa langsung menyerahkan list daftar warganya pada saat 'pendaftaran' itu.
okelah RT tidak mempunyai list data warga yang benar. tapi disini letak kedunguan KPU/D. tampaknya mereka tidak punya database warga negara ini.
gue yakin dari sekian propinsi di Indonesia pasti sudah menjalankan Pilkada. ketika pemilihan gubernur tersebut KPUD sudah mempunyai daftar warga propinsi tersebut. dan jika dikombinasikan dengan data pemilu tahun 2004 lalu harusnya data tersebut saling melengkapi. tapi apa coba? orang yang lima tahun lalu ikut pemilu dan beberapa tahun/bulan lalu ikut Pilkada, namanya ga tercantum?
trus satu faktor lagi, tampaknya IT consultan yang disewa KPU saat ini kualitasnya rendah, jauh berbeda dengan yang tahun 2004. apa mereka menyimpan data pemilih dengan excel? gila aja! dan gue yakin itu terjadi, soalnya terlihat dari data DPT yang aneh aneh, dobel, dll
seberapa profesional, elo atau manajemen perusahan tempat loe bekerja bertindak?
tentu saja gue gak ngomongin bahwa elo dateng soal ke kantor terus kemudian buka e-mail [baca: milis], bales bales e-mail, forward junk mail [misalnya nge-e-mail-in PDF-an quotes chinca lawra], atau bikin postingan [seperti yang gue lakukan saat ini] dan kemudian baru kerja jam 11.
engga.
gue pengen tau tindakan apa yang loe lakukan ke perusahaan tempat elo bekerja dan / atau sebaliknya, ketika elo menyatakan bahwa elo berniat tidak tergabung lagi dengan perusahaan, alias resign.
untuk resign, gampang gampang susah. tergantung situasi perusahaan, posisi elo, dan hal hal non-teknis
dibeberapa perusahaan yang ga punya regulasi [yang jelas], gue temui kadang kadang lebih gampang untuk resign dari pada diperusahaan yang [sok] punya aturan perusahaan.
beberapa perusahaan menekankan one month notice, ada pulak yang menekankan harus ada pengganti [selevel], ada yang ga peduli, ada yang nahan nahan. setiap perusahaan mempunyai kepentingan yang berbeda terhadap karyawannya
ketika pertama kali gue mengajukan resign -- di tempat gue pertama kali kerja -- yang ada, guenya degdegan, maju mundur, intap intip si boss situasi mood nya gimana
terus ketika ngadep, akhirnya keringet dingin kaya' ngucur, walopun kenyataanya engga,.
gue ajukan bahwa gue mau mengundurkan diri untuk alasan kuliah lagi di bandung.
boss gue, ternyata ga ngijinin begitu aja. gue dikasih kesempatan untuk bekerja remote dari bandung untuk tiap sabtu/minggu gue singkronisasi dengan kantor di jakarta
"ya udah kalo ga boleh resign," pikir gue, "yang penting gue bisa kuliah."
ternyata 2 atau 3 bulan bolak balik jakarta-bandung, kerjaan jadi kececer, komunikasi gak lancar soalnya henpon belum jaman, masih pager dan pulak tempat kost gue gak boleh terima telpon, akhirnya karena ga puas dengan hasil kerja gue, bisa dibilang gue dipecat. :D.
pekerjaan kedua gue bisa dibilang bukan pegawai yang tetap. gue bekerja kalo 'dipanggil' aja.
dan gue juga gak inget apakah gue resign, atau apakah gue engga' 'dipanggil panggil' lagi :D
pekerjaan ketiga gue, di sebuah perusahaan berbentuk CV, isinya cuma 4 orang.
gue resign dengan berat hati, pertama karena udah lumayan enak sama 3 orang lainnya dalam hal bekerja
gue dikasih kemudahan jam kerja, dan boss-bersama nya [2 dari 3 orang itu berposisi sebagai pimpinan slash marketing] juga lumayan royal. gue resign tanpa one month notice -- hanya dalam hitungan 2 hari doang.
soalnya perusahan berikutnya hanya ngasi waktu gue seminggu untuk pindah. yang dikemudian hari gue tau ini adalah trik menyebalkan yang dipake untuk maksa orang.
dengan rela boss gue tersebut melepas gue. dan yang bikin gue guilty dikemudian haripun gue ga bisa dateng ke acara pernikahan salah satu dari boss gue itu
perusahaan berikutnya, gue resign karena -- kontrak gue gak diperpanjang, kecuali gue di sub-kontrakkan ke tempat lain -- option yang akhirnya gue ambil. dan setelah 3 bulanan di sub-kontrakkan tiba tiba ada tawaran untuk menjadi salah satu start-up wannabe PT.
ketika gue ajukan resign, gue diimingi dengan tambahan gaji dan menjadi pegawai tetap, tapi gue tolak karena gue udah ngiler jadi start-up
ternyata start-up hanya satu cara memikat orang disertai pulak yang pada kenyataannya gue gak bisa keep-up dengan harapan boss
itulah dimana gue mengajukan resign dalam itungan 0 hari. gue bilang gue resign dan besok udah gak masuk.
udah gitu gue berharap mendapat gaji 1/2 karena gue berenti di tengah bulan, dan tidak terjadi.
ketika gue ngontak bagian yang sering ngasi gaji, dipastikan boss gue itu sama sekali ga berminat ngebayar gaji terakhir gue, walopun setengah.
pengen rasanya ngelabrak ke kantor itu, tapi gue gak berani, selain takut ditangkep polisi kalo gue macem macem misalnya mecahin kaca kantor pake korsi.
perusahaan berikutnya, adalah sebuah perusahaan start-up, tapi kali ini gue sama sekali ga ambil bagian, gue cuma pegawai.
ketika gue resign, boss nya bilang, "ya kaya'nya emang tinggal waktu untuk kamu resign son"
trus dalam waktu 2 1/2 minggu gue udah berpindah kerja
dari sekian banyak, emang cuma satu kali gue mengalami hal buruk diperlakukan ex-boss setelah gue keluar dari perusahaannya. tapi itu membekas banget sama gue, sehingga kalopun misalnya gue ketemu sama tu boss pengen rasanya mamerin bahwa gue ga salah keluar dari kantor dia.
dan dari sekian banyak, gue gak pernah one month notice, semua serba dadakdadakan karena tekanan (baca: trik) dari perusahaan berikut yang meminta untuk cepat bergabung.
dan dari sekian banyak, cuma satu kali yang nahan supaya gue ga resign