pernah gga loe loyal ke satu institusi dan/atau produk, sehingga akhirnya berkaitan dengan institusi tersebut (dan produk produknya) dalam jangka waktu lama?
jaman sekarang mungkin susah kali ya, bisa stick to one product or vendor untuk pemenuhan kebutuhan elo sehari hari. produk produk sejenis yang bertebaran ditawarkan dengan bermacam 'keuntungan' membuat konsumen dengan mudah bergonta ganti dalam rentang waktu yang ga lama. contoh aja :sekarang ini dengan mudah orang bergonta ganti nomor henpon dikarenakan mudah dan murahnya membeli simcard perdana.
salah satu produk yang udah lama gue pake adalah kartu atm bca. kartu atm ini gue dapetin ketika pertama kali jadi nasabah tahun 1997. ketika itu gue mendapat kerja pertama kali, dan kantor mewajibkan punya tabungan untuk bisa mentransfer gaji. dan berhubung kantor agak berdekatan dengan bca maka ditawarkan untuk membuat rekening di situ.
dengan menjadi nasabah standar, gue mendapatkan kartu atm. kartunya berjenis silver. pertama gue bingung kenapa disebut silver ya?. apakah karena warna kartu atm nya yang silver apa gimana?
kartu atm tersebut terbawa bawa lah kemana gue pergi, kuliah ke bandung, kerja pindah pindah, ke palembang, ke balikpapan, kemana mana.
sampai pada suatu waktu atm yang berwarna silver tersebut sudah discontinue, bca mengeluarkan design baru untuk kartu atm nya, yang ada tulisan paspor bca yang bergambar awan kuning berbackgound biru.
beuh, jelek amat design nya! kerenan yang punya gue, silver. lebih elegan.
lama kelamaan kartu atmnya mulai ga tahan, sekian tahun berada di dompet, bolak balik diselipin ke atm, digesek di debit machine akhirnya sisi kanannya mulai retak. tahun berlalu akhirnya bagian magnetiknya ikut retak. bahkan di ujungnya bolong secuil karena patahan retaknya hilang.
dan tahun 2007 ini, sepuluh tahun semenjak kehadirannya, kartu atm silver gue yang keren tersebut, walopun bulukan, harus berakhir masa tugasnya. ketika di swipe di debit machine di spbu, kaya'nya petugas nya terlalu bernafsu menggeseknya, dan patahlah tepat ditengah.
pergilah gue mengganti kartu tersebut ke tempat gue membuka rekening. ketika gue menyerahkan kartu tersebut ke customer service nya. serta merta dia nanya, "limit transaksi sehari di atm berapa pak?"
he? "nggak inget, mbak, kenapa?"
"ini yang tipe apa ya?, silver ya?"
"iya.."
"oo..."
eh buset, dia ternyata gak pernah liat kartu atm jenis lama toh
feature speaker phone di beberapa telpon dan henpon, untuk beberapa hal adalah yang memang diperlukan,
misalnya hendak menelpon conference call, atau hendak menelpon secara ramerame, atau ketika waktu gue naek motor dan menggunakan helmet yang full cover dan harus menjawab atau menelpon di henpon tanpa melepas helm.
jelas berguna.
tapi jika penggunaan speaker phone hanya dikarenakan malas mengangkat gagang telpon, gue rasa fungsi utama nya udah bergeser.
kembali ke point diatas, bahwa gue ga demen percakapan gue didenger orang laen, dan belum tentu juga orang yang jadi lawan bicara mau suaranya/percakapannnya terdengar oleh orang laen.
bayangin, aja elo lagi ketawa ketiwi mengeluarkan suara suara gesture gak jelas yang harus nya private terhadap lawan bicara elo, ternyata di ujung sana, suara elo bukan hanya didengar oleh lawan bicara, tapi juga di dengar oleh seantero ruangan kerja elo, kalo elo tau pasti elo pasti jengah.
and it so damn happened on this client office, sigh..
gue takutnya kalo yang menelpon gue adalah orang yang [lebih] diatas usia 'muda' dan mendengar mailbox greeting kaya' gitu, kesannya gak pas aja.
ya gak tau juga, gue khan belom nyampe ke usia tersebut. gue cuma membayangkan kalo gue orang yang formil, mendengar greeting seperti itu, ga demen ajah, kesannya gak sopan amat nih mailbox, koq nge-'kamu' in gue.
karena kalo dalam konteks, bahwa orang tersebut tidak gue kenal, atau baru pertama kali bertemu, gue akan menggunakan 'anda',
tapi kalopun tu orang udah gue kenal lama, dan ga pantes untuk di 'kamu'in, gue panggil dengan panggilan laen yang lebih pantas.
:D