personal menurut gue adalah pilihan yang cenderung idealis. dimana faktor-faktor internal dari diri sendiri yang membuat sesuatu jadi personal.
tapi bagaimana jika idealisme tersebut harus dibenturkan dengan profesionalisme?
profesionalisme muncul karena faktor luar yang menuntut kita untuk tidak personal. profesionalisme dituntut oleh orang lain terhadap kita. kalau memang bisa negosiasi, dengan 'memunculkan' personal kita yang kemudian dipakai untuk profesional, tentu menyenangkan. tapi bisa dibilang jarang banget ya.
bingung?
contoh paling gampang adalah pandji.
dia ini setau gue adalah fans manchester united. tapi dia juga menjadi host soccer star indonesia yang disponsori oleh chelsea.
dan setau gue kalo ngefans sama satu team EPL ga akan mau menyentuh apapun yang berbau team lawannya.
fans manchester united = personal.
membawakan acara tv dengan menggunakan jersey chelsea = profesional.
atau priyadi.
priyadi ini seorang blogger yang orang bilang selebblog. postingannya beragam. dan beberapa waktu lalu hiatus sampai waktu cukup lama. disaat yang bersamaan beliau mempunyai akun twitter, yang ajaibnya : tidak memfollow siapapun. tapi followernya sangat banyak.
tapi akhirnya idealisme itu pun akhirnya tergerus profesionalisme. yaitu dalam rangka xlnetrally beliau akhirnya memfollow akun sponsornya tersebut dengan harapan (katanya sih sudah terwujud) untuk mendapatkan iPad. dan pemfollowan ini cukup rame diperbicangkan di twitter.
tidak follow siapa-siapa = idealisme = personal.
follow akun sponsor untuk iPad = profesional.
gue udah kenal dokter ferdiriva dari semenjak tahun 2000-an di forum kg, yang paling gue inget di forum tersebut beliau menuliskan hal hal absurd (yang sudah sangat tidak bisa diterima akal sehat) tentang maisy :D.
dan kemudian sempat bertemu beliau ketika sedang mengurus masuk ke Spesialis di FK UI. itu pertama kalinya ketemu dan terakhir (soalnya ga pernah ketemuan lagi) :P.
personaly, dokter riva ini sama dengan profile dia di dunia maya :D. eh beda dikit deng, kalo yang di dunia nyata lengkap dengan gesturenya :D
ketika beliau menulis di blog seperti di blogspot, multiply , domain sendiri bahkan di friendster, dan facebook gue masih sering baca. tapi sayangnya blog blog tersebut ga terlalu konsisten, alias blog blog tersebut sering mati (suri) karena seringnya berpindah-pindah platform. dan gue udah ga denger kabar lagi tentang beliau sampai pada suatu waktu denger beliau membukukan sebagian postingan beliau menjadi buku gue lupa judul bukunya (setelah ngeliat goodreads ferdiriva) berjudul dokter ngocol. wah keren.
dan beberapa waktu kemudian, sekelebat denger bahwa riva ngelurin buku lagi berjudul cado-cado catatan dodol calon dokter. tapi karena promonya terkesan hanya untuk calon dokter, gue sama sekali ga minat beli, walaupun sedodol apapun.
sampai pada suatu waktu lagi berkeliaran di gramedia grand indonesia, yang pasti lagi browsing komik, nah di zona tersebut entah kenapa saat itu berantakan banget, kerdus-kerdus beserakan, buku-buku berantakan. nah, gue ngeliat buku : cado-cado kuadrat tergeletak disalah satu tumpukan. lho? udah ada buku berikutnya toh. produktif banget nih riva. entah kenapa lantas aja gue ambil buku itu gue tenteng.
tapi sambil masih browsing dan nenteng buku cado-cado kuadrat ini, gue mikir, yah sayang banget punya yang sequel tapi ga punya yang sebelumnya. walhasil gue ngubek-ngubek tumpukan buku dan kerdus disekitar tempat gue nemu buku cado-cado kuadrat tadi.
lalu nyoba search di komputernya gramedia, dan tercantum masih ada beberapa buku cado-cado tersedia di stok.
dan setelah beberapa waktu ngubek gubek lagi, akhirnya nemu juga lah buku yang cado-cado.
nyari waktu senggang yang pas buat baca itu susah sampai akhirnya ada juga kesampaian gue baca cado-cado, yaitu ketika gue lagi terapi fisio :D
suster yang handle gue sempet beberapa kali ngelirik judul bukunya, tapi ga nanya apa apa :D
note: dokter itu singkata gelar nya dr., bukan Dr..
kesimpulan singkatnya setelah gue baca, cerita di buku cado-cado ini menarik, walaupun masih kaku-kaku, dan yang masih terasa adalah, ya inilah (tulisan) riva yang gue kenal. cerita dilengkapi dengan berbagai karakter-karakter ajaib didalamnya :D. gue pernah inget si uba - salah satu karakter di cado-cado ini - diceritakan di blognya riva. jadi ketika gue baca lagi di buku ini, langsung connect.
tapi ada yang gue rasa kurang ketika baca cado-cado ini, urat ketawa gue gak terlalu kepancing. entah kenapa.
berbeda ketika baca cado-cado kuadrat, jauh banget perbedaan yang gue rasakan. di cado-cado kuadrat gue bisa ngikik sendirian. bahkan sialnya gue bawa buku cado-cado kuadrat sambil nunggu motor service di bengkel resmi, dimana ruang tunggunya rame. walhasil beberapa orang sempat ngelirik ke gue sambil terheran-heran kenapa gue ngikik sendiri.
dan ngebaca di cado-cado kuadrat lebih enak buat mata dibanding baca cado-cado, mungkin karena pen-spasi-annya lebih pas.
karakter-karakter di cado-cado kuadrat sebagian besar sudah muncul di cado-cado. jadi kalau ga baca yang cado-cado agak kurang nangkep pengkarakterannya. karena penjelasan tentang karakter-karakter tersebut hanya ada di cado-cado, tapi ga ada di cado-cado kuadrat.
nah dari buku cado-cado sampai cado-cado kuadrat ada yang menarik perhatian gue ketika riva bercerita tentang calon dokter yang punya relasi dokter. entah bapaknya lah yang dokter atau keluarga dekatnya.
dari dua(?) cerita berbeda diceritakan si calon dokter tersebut menggampangkan masa-masa koas mereka dengan berbagai cara. ada yang bolos, ada yang menyuap (kalo gak mau dibilang nyogok). walhasil gue khawatir banget kalo calon dokter seperti itu dibolehin (baca: dilulusin) jadi dokter - meriksa pasien, ngobatin pasien - yang mengakibatkan permasalahan lanjutan psikologis maupun psikis.
apalagi maraknya hal tentang malapraktik, dimana sialnya ketika ada dugaan malakpraktik, IDI diduga sama sekali berpihak pada rekan sejawatnya, alias korban - si pasien - tetaplah korban ;(
dan juga digambarkan banyak dokter senior itu galak. hmm... , galak, jadi ngebayanin galaknya kak ros di upin dan ipin. dimana ada adegan kak ros yang sudah menjadi dokter, dan memarahi pasiennya karena ga bener makan obatnya, walhasil disaat itu juga pasiennya langsung semaput.
unrelated post : cobaan di hari selasa
yang pertama gue perhatiin bukan isinya, tapi halaman dari bukunya, yaitu nggak ada halamannya. sehingga bagaimana bisa mengutip isi bukunya?, "silahkan lihat bukunya yoris di ketebalan 7mm dari bawah", gitu? :D :D
buku dimulai dengan membahas bahwa kreatif itu bisa diadakan. bisa dijadikan. bisa dibuat. tentu saja ada hubungannya dengan otak. yaitu dengan membiasakan mengoperasikan otak bagian kanan. alah bisa karena biasa.
kreatif juga timbul dari otak yang menyerap banyak informasi, sehingga punya bahan untuk melahirkan sesuatu dari informasi-informasi yang sudah dia punya.
salah satu yang bisa merangsang kreatifitas adalah dengan melepaskan kebiasaan. berpalinglah / lakukanlah hal yang diluar kebiasaan sehingga mendapatkan / merasakan hal-hal baru.
melakukan sesuatu diluar kebiasaan bisa juga disebut 'out of the box'. kita memandang dari lingkup diluar yang biasa, diluar si the box itu. dengan mengubah sudut pandang kita bisa melihat keseluruhan kotak dan juga lingkungan sekitar kotak tersebut.
selalu mencatat hal-hal yang keluar dari pikiran kita, karena siapa tau ide-ide tersebut merupakan hal kreatif yang perlu kita jalani / laksanakan. walaupun bukan saat ini - karena itulah perlu dicatat.
salah satu tool untuk memancing kreatifitas adalah gambar. karena otak lebih cepat bereaksi pada image dari pada tulisan atau bacaan.
setelah semua hal-hal tersebut harus sering dilatih dan dicoba. karena sebagai contoh anak-anak. mereka lebih kreatif karena mereka tidak takut salah. karena itu jika tidak pernah mencoba, bagaimana bisa kreatif. salah itu sebisa mungkin dihindari, tapi adakalanya kesalahan adalah resiko yang harus diambil untuk bisa melangkah kedepan.