jangan pernah berpikir untuk membeli rumah seken, bekas, second, tangan ke-dua , kalau ga punya cash keras ditangan dalam jumlah mumpuni.
ha? tapi khan ada KPR, bisa dong.
iya bisa, bisa banget, tapi tetep mendingan KPR nya untuk beli rumah baru.
Â
ketika sebuah rumah seken hendak diperjual belikan, si penjual harus melengkapi sekian dokumen yang diperlukan.
antara lain, KTP suami (dan istri), Kartu Keluarga, bukti pelunasan PBB sampai tahun berjalan, IMB dan sertipikat tanah dimana rumah itu berdiri.
satu aja ga ada, kemungkinan besar gagal untuk dilakukan penjualan.
setelah segala dokumen tadi ada, biasanya pembeli menaruh uang panjer, uang muka, down payment ke penjual sebagai tanda jadi.
untuk rumah seken, besaran DP tadi tergantung negosiasi. tapi kalau ingin jual beli ini melalui KPR, sebagian besar bank mensyaratkan bahwa DP nya harus 30% dari harga rumah yang mau dijual (sesuai peraturan bank Indonesia, gitu katanya).
nah, DP pembelian rumah seken, biasanya CASH. gak dicicil.
mulailah berhitung.. kalo aja rumahnya seharga 500juta, maka DP yang harus kita panjeri itu sebanyak 150juta ~ 30%nya. kebayang duit segitu banyak dari mana cobak?
ok. bagaimana, kalo negosiasi sama yang jual, trus kita boleh DP 10juta dulu aja gimana? oh bisa.. Â sebut aja ini skenario 2, dan yang 30% tadi skenario 1.
ketika mulai mengajukan KPR, biasanya ada biaya survey yang harus dibayar lebih dulu, biasanya 500ribu. *cring* uang cash.
setelah survey, dinilailah kelayakan harga rumah seken tersebut. biasanya sih untuk rumah seken, dihargai itu 70% dari harga jual beli.Â
lihat, 70%. konsiprasi wahyudi ini! kenapa cuma segitu hasil surveynya!!? ya bisa aja sih harganya bahkan lebih dari harga jual beli, tergantung kondisi rumah, kembali ke sikon.
lalu ketika seluruh dokumentasi persyaratan KPR sudah terpenuhi, adalah biaya bank yang harus dipenuhi. tergantung bank dan kondisi, taroklah biayanya 5juta. *cring* cash lagi.
oke. itu terkait dengan skenario 1.
sekarang kita lihat skenario 2.
hasil survey, tetebh, kemungkinan sih cuma dihargai 70% dari harga jualbeli. yaitu 350juta.Â
uang 350juta ini akan kita pinjam. tapi, bagaimana sisa sebesar 140juta sisanya (10juta sudah DP)?. bagaimana nyari 140juta pelunasan sisanya, kalo ga ada CASH!Â
pinjem ke tempat lain. boleh aja, tapi jangan coba-coba pinjem ke institusi keuangan lain (atau bank lain). walhasil kalo terdeteksi, bisa jadi yang disetujui untuk dipinjam bukan 350juta, tapi bisa aja drop jadi 200juta. nah. kalo udah gini gimana mau ngelunasin?!
ya udah, akal-akalin, bilang aja harga rumahnya 700juta. ok. tapi tetep kembali lagi dari hasil survey lapangan. kalo ternyata bentuk rumahnya dianggap gak sampe harga 700juta, gimana? atau bahkan tetep dihargai 350juta?
oke. pusing khan yang skenario 2.
kembali ke skenario 1 dimana biaya bank sudah dilunasi, dan sekarang berurusan dengan notaris.
sekali lagi di notaris di cek dokumentasinya, dan harus asli semua. setelah pengecekan selesai, notaris akan membuat biaya notaris. nah sekali lagi ini tergantung sikon, anggap aja biaya notaris sebesar 15juta. *cring* CASH lagi! oh ya, selain pembeli, biasaya notaris juga meminta biaya dari penjual, kisaran bisa sama, atau lebih kecil, anggap 10juta.Â
nah kalo yang jual ga punya uang cash 10juta, jangan harap proses transaksi berlanjut. *grin*
Â
jadi ditilik sekilas, mendingan beli rumah baru dari developer.
segala macam DP kadang-kadang developernya ngasih cicilan. trus juga biaya-biaya biasanya udah di'cemplungi' ke biaya setelah DP. yang bisa ikut-ikutan dicicil. seneng kahn? nanti setelah selesai nyicil DP, barulah mulai penyicilan rumah benerannya.Â
buat yang ga punya cash keras, option terbaik ya ini.
Â
disuatu hari di timeline twitter yang cerah, tiba tiba okke @sepatumerah meretweet sebuah tweet dari salah satu brand deodoran, yang lagi ngebahas soal #keringetan.
terus gue tergelitik untuk merespon hashtag 'promo' tersebut dengan permasalah gue dengan noda deodoran dari brand tersebut - yang memang gue pake - yang membekas di ketek.
gue mempermasalahkan bahwa deodoran (tersebut) menyebabkan banyak baju (putih) gue bernoda kuning dibagian ketiak.
Uploaded with ImageShack.us
setelah gue tweet tersebut, ga nyangka ternyata besoknya direspon.
si brand tersebut mentweet ke timelinenya dia apakah ada yang mengalami noda membekas dibaju seperti gue (me-mention twitter id gue) dan apa ada yang punya pemecahannya.
akhirnya gak lama dikasih lah tips-tip penggunaan deodoran supaya tidak membekas dibaju, dan juga bagaimana cara menghilangkan noda tersebut.
jadi semua deodoran/antiperspirant itu pasti ninggalin noda di baju/kemeja, mau merknya apa juga KALAU cara pakenya salah.
pencegahan noda deodoran di baju : pastikan deodorannya telah kering sebelum anda memakai baju/kemeja.
untuk ngilangin noda deodoran : campur 1/4 cangkir baking soda dengan air sampai berbentuk pasta. terus oleskan pasta di noda deodoran di baju anda. Diamkan sampai 1 - 2 jam, sikat. :) Selamat mencoba! :)
cukup menarik, karena dari beberapa brand yang gue follow, ga semuanya merespon 'komplen', dan kalaupun merespon, sebagian besar ga enak responnya. jadi hat tip buat adminnya @rexona_id untuk hal ini.
Wuah, akhirnya gue mendapatkan tilang gue yang pertama.
he? pertama, serius?
kalo dibilang tilang = surat bukti pelanggaran, ya baru kali ini :D, kalo melanggar lalu lintas dan disetopin polisi, sering. :D :D
[ah scan-an surat tilangnya ketinggalan di usb. ntar gue attached ke post ini]
jadi ceritanya gue melanggar rambu lalu lintas [yang gue anggap tolol, i'll tell you later] sehingga disetopin polisi yang emang lagi operasi 'nangkepin' semua pengendara motor yang melakukan kesalahan yang sama dengan gue.
dan pas lagi operasi, biasanya mereka tidak bisa di'beli'. sementara kalo lagi 'operasi' sendiri, mereka itu akan memsituasikan kondisi pelanggaran tersebut dengan segala cara agar kita yang memberikan uang ke mereka tanpa merasa dipaksa.
misal; "bapak ada waktu untuk ke pengadilan?".. biasanya dijawab dengan "aduh, kaya'nya engga pa.." ,.. dijawab dengan "..nah bapak maunya gimana? .."
atau: "ini pelanggarannya di pengadilan bisa sampai 300-ribu nih" .. engga jawab - tapi hanya menatap nanar ..
ok. kembali ke tilang tadi.
gue dijadwalkan untuk menghadiri sidang di hari jum'at minggu depannya. sebelumnya sempet gue mencari tahu dimana sih pengadilan negeri jakarta pusat ke orang-orang. soalnya gue ga nemu di google maps. aneh.
lalu juga pada saat hari-h gue mendapatkan informasi lebih detail kira-kira bagaimana dan situasi [nanti] disana. walaupun ternyata agak beda dikit dengan yang diceritakan sigit priyono di blog post nya.
benarlah jauh menjelang gedung pengadilan, orang-orang [baca: calo] udah melambai-lambaikan kertas merah tilang, sambil teriak-teriak ngajak orang parkir motornya ditempat yang dia tunjuk. karena gue ga tau persis dimana gedungnya, akhirnya setelah orang kedua yang melambai-lambaikan kertas merah itu, gue minggir.
ngerapiin helm dan jaket, langsung ditanya, "mau dibantu mas?" "ueh, saya mau nyoba sendiri mbak" ..iya.. .. ini calonya ce. "didalam rame lho..." gue cuma nyengir.
jadwal sidang yang tertulis di kertas tilang gue adalah jam 9.30. dan gue udah diparkiran itu jam 8.45.
seperti yang tertulis di blog post sigit priyono tersebut. sama sekali tidak ada petunjuk jelas mesti kemana setelah masuk pagar gedung. btw, parkiran dalam gedung adalah untuk karyawan - jelas tertulis di sign yang tertempel digerbang.
didekat pintu gerbang itu pada nongkrong entah orang orang yang apa tujuannya nongkrong disitu, pesakitan kah? calo kah? pegawai kah? tapi dari penampilan sama sekali jauh dari rapi. seperti yang ditulis dipintu gerbang bahwa diharuskan mengenakan baju rapi - bukan kaos dan bersepatu.
dengan cuek melenggang ke dalam seperti yang ditulis di blog post sigit, sampai bertemu dengan pintu masuk dengan body/metal detector. begitu masuk, basa basi nanya sidang untuk sim C dimana, gue langsung naik ke lantai 3. karena setiap dinding ditempeli sign tersebut :D
dan benarlah sampai di lantai 3. buanyuak oranggggg.. celingak celinguk mesti ngapain, trus gue liat orang pada rame deket sebuah pintu sesaat setelah tangga.
orang pada nyerahin kertas merahnya untuk ditukar dengan nomor antrian. dan gue mendapatkan nomor 339!
mencoba nyari dimana ruang sidangnya diantara kerumunan orang tersebut, gue ngintip ke pintu berikut, astaga. ternyata didalam ruangan sudah full orang. dan sekarang belum jam 9.
akhirnya berdiri-diri aja diluar , dan beneran gerah saudara-saudara. entah jam berapa, hakimnya masuk, dan karena gue masih nomor ratusan tersebut, gue ga berusaha ikutan ngeriung mencoba masuk kedalam ruangan.
ga berapa lama terdengar suara pengeras suara memanggil nomor urutan dan namanya. terus berlanjut sampe puluhan, dan akhirnya ratusan.
oooh gue berkesimpulan, dari pada model dipanggil 20-orang 20-orang kedepan, si petugas hanya memanggil nomor si pesakitan dan si 'terdakwa' hanya tinggal bilang 'ya'/'hadir'/'uhuy' apalah yang menandakan kehadiran mereka. setelah itu mereka keluar - kalo lagi di dalem ruangan - atau melangkah kearah pojokan untuk membayar denda dan mengambil sim mereka.
gak berapa lama nomor urut gue akan dipanggil, lalu gue mendekat kearah pintu depan. begitu dipanggil, gue lambain nomor urut tersebut sambil teriak "hadir".
lalu kearah pojokan, dan sampe disana gue bingung, koq orang ngasi nomor urut mereka dan uang 50-ribuan tanpa dikembaliin. semetara dari blog post nya sigit dibilang dia bayar denda 40-ribu. hmm.. trus gue iseng nanya kesebelah gue, "mas, emang bayarnya 50-ribu ya?" .. "eh itu tergantung pasalnya, kalo 1 pasal doang yang dilanggar, cuma bayar 50-ribu"..
dan ga berapa lama, nomor gue dipanggil, dan ikutan aja, ngasi nomor urut dan uang pas 50-ribuan, dan sim c gue kembali, dengan ada jegrekan nempel disitu.
balik keluar, kira kira jam 11 kurang. dan sempet ribut sama tukang parkir berseragam sih, tapi dia minta uang parkir 2000 sementara gue ngeyel minta mana karcisnya.
dia sih siap ngasi karcis, cuma karcis uwel2an bukan berupa dari buku karcis. dan gue tetep ngeyel minta karcis yang bener. trus dia bilang "ya udah lah, pergi sana"