ngobrol-ngobrol dengan pak RT, dia cerita bagaimana dia menghidupi keluarganya selama ini. cerita punya cerita, pak RT ini punya 4 orang anak, yang untuk keperluan sekolah sampai kuliahnya dibiayai dari hutang.
kebetulan pak RT ini bekerja di BUMN, dimana pegawainya diberi kesempatan untuk mendapatkan softloan dari bank, dengan dijamin kantor. trus kalo untuk menghidupi keluarganya dia mesti berhutang, gimana gaya hidupnya.
karena kantor sudah memfasilitasi mulai dari mobil jemputan, makan, tempat istirahat. walhasil semua fasilitas tersebut dipergunakan secara maksimal. misal, jika masuk kantor shift yang jam 7, tapi karena ada mobil jemputan jam 3 pagi. ya dibela-belain berangkat jam 3 pagi itu. kemudian tidur dikantor. makan juga ga beli-beli dari warung, karena disediain juga sama kantor.
dibelahan dunia lain, barack obama aja baru 8 tahun lalu (sekarang 2012) selesai melunasi hutang biaya sekolahnya. bayangin.
bahasa indonesia merupakan bahasa yang mempunyai daya serap tinggi terhadap bahasa asing. banyak kata yang tidak terdapat pada bahasa melayu (yang merupakan cikal bakal bahasa indonesia) kemudian diserap, dibakukan, dan jadilah kata yang ter'daftar' dalam bahasa indonesia.
kemungkinan besar kata / istilah asing tersebut memang pada dasarnya tidak ada padanannya dalam kata bahasa indonesia, sehingga mau ga mau diasimilasi eh dinaturalisasi (eh ..apa ya istilahnya).
cuma, koq ya penggunaan kata kata asing itu kesannya tidak ada aturannya, sehingga digunakan dengan interpretasi sendiri sendiri. terutama oleh yang ingin menggunakannya.
salah satu kata asing yang kemudian jadi kata dalam bahasa indonesia adalah bank.
banyak bank [kata benda] yang menyingkat nama bank nya. tapi penyingkatannya ternyata tetap menyantumkan kata 'bank' didalamnya.
contoh : bank central asia disingkat jadi bca, bank internasional indonesia jadi bii, bank negara indonesia disingkat jadi bni, bahkan bank indonesia disingkat jadi bi.
keheranan pun muncul ketika bca sering disebut sebagai bank bca, bii disebut bank bii, bni sering diucapkan sebagai bank bni. kenapa bukan bank ca, bank ii, bank ni? takut kalah saingan dengan bang pi'i, bang ji'i :D?
jadi, kalo disebut seperti itu, kalo dipanjangkan singkatannya, jadi bank bank central asia, dst. dunk?! :o
entah..
kemudian ada pula bank yang mengembangkan sayapnya dengan mendirikan unit syariah.
yang menarik perhatian gue adalah peletakan kata syariah pada nama bank mereka. dari sekian bank yang ada kata syariah nya cuma bank syariah mandiri yang meletakan kata syariah sebelum nama banknya. sementara bank bank lain meletakkan kata 'syariah' dibelakan nama bank nya. misalnya bni syariah, bii syariah, bank niaga syariah.
setelah membrowse sana sini, ternyata bank syariah mandiri adalah bank beneran, dengan mendirikan sebuah pt. sementara bank lain yang kata syariahnya dibelakang adalah bank dengan unit syariah, hanya divisi, bagian dari bank tersebut, sama sekali tidak bebadan hukum.
tapi kemudian, ketemulah gue dengan bank mega syariah. gue kira ini sama seperti unit divisi syariah bank normal. tapi ternyata gue salah sodara sodara. soalnya bank mega syariah mempunyai bank tersendiri yang terpisah dari bank mega, dan aslinya bernama pt bank syariah mega. lihat posisi kata syariahnya!.
lha, koq terus kenapa disebutnya bank mega syariah? bukannya bank syariah mega?
entah..
pernah gga loe loyal ke satu institusi dan/atau produk, sehingga akhirnya berkaitan dengan institusi tersebut (dan produk produknya) dalam jangka waktu lama?
jaman sekarang mungkin susah kali ya, bisa stick to one product or vendor untuk pemenuhan kebutuhan elo sehari hari. produk produk sejenis yang bertebaran ditawarkan dengan bermacam 'keuntungan' membuat konsumen dengan mudah bergonta ganti dalam rentang waktu yang ga lama. contoh aja :sekarang ini dengan mudah orang bergonta ganti nomor henpon dikarenakan mudah dan murahnya membeli simcard perdana.
salah satu produk yang udah lama gue pake adalah kartu atm bca. kartu atm ini gue dapetin ketika pertama kali jadi nasabah tahun 1997. ketika itu gue mendapat kerja pertama kali, dan kantor mewajibkan punya tabungan untuk bisa mentransfer gaji. dan berhubung kantor agak berdekatan dengan bca maka ditawarkan untuk membuat rekening di situ.
dengan menjadi nasabah standar, gue mendapatkan kartu atm. kartunya berjenis silver. pertama gue bingung kenapa disebut silver ya?. apakah karena warna kartu atm nya yang silver apa gimana?
kartu atm tersebut terbawa bawa lah kemana gue pergi, kuliah ke bandung, kerja pindah pindah, ke palembang, ke balikpapan, kemana mana.
sampai pada suatu waktu atm yang berwarna silver tersebut sudah discontinue, bca mengeluarkan design baru untuk kartu atm nya, yang ada tulisan paspor bca yang bergambar awan kuning berbackgound biru.
beuh, jelek amat design nya! kerenan yang punya gue, silver. lebih elegan.
lama kelamaan kartu atmnya mulai ga tahan, sekian tahun berada di dompet, bolak balik diselipin ke atm, digesek di debit machine akhirnya sisi kanannya mulai retak. tahun berlalu akhirnya bagian magnetiknya ikut retak. bahkan di ujungnya bolong secuil karena patahan retaknya hilang.
dan tahun 2007 ini, sepuluh tahun semenjak kehadirannya, kartu atm silver gue yang keren tersebut, walopun bulukan, harus berakhir masa tugasnya. ketika di swipe di debit machine di spbu, kaya'nya petugas nya terlalu bernafsu menggeseknya, dan patahlah tepat ditengah.
pergilah gue mengganti kartu tersebut ke tempat gue membuka rekening. ketika gue menyerahkan kartu tersebut ke customer service nya. serta merta dia nanya, "limit transaksi sehari di atm berapa pak?"
he? "nggak inget, mbak, kenapa?"
"ini yang tipe apa ya?, silver ya?"
"iya.."
"oo..."
eh buset, dia ternyata gak pernah liat kartu atm jenis lama toh