pas nengok ke meja yasin, gue senyap barang 0.78 detik, "hah?! mas yasin beli majalah ME?"
penasaran, gue samperin,
tapi koq gambar sampulnya gak seperti biasanya sih..?
gue ambillah tu majalah, hoalaaahhhh! ternyata bukan majalah ME, hehehehe >:)
dengan menggunakan font yang mirip, merah pulak, ada huruf M dan E, gimana ga silap mata?
majalah tentang mining dan energi ternyata
sekarang bandingkan dengan majalah ME
mirip khan M dan E nya, yang beda ya sampul cover nya :D
pada suatu waktu gue membaca artikel di koran bisnis indonesia mengenai tabungan masa depan anak. di artikel tersebut dicontohkan orang yang bergaji 15 juta dan diproyeksi untuk mempunyai tabungan kelak sebesar 660 juta.
lantas, gue e-mail-lah si penulis artikel, suli murwani, gue tanya bagaimana dengan orang yang gajinya jauh lebih kecil dari 15 juta. 15 juta gito bo`.., siapa yang mau gaji gue segitu! :D. bagaimana mencapai 660 juta tersebut?.
alih alih terkirim hanya ke suli murwani tersebut, tampaknya e-mail gue terpampang di --entah-- mungkin kaya' surat pembaca nya bisnis indonesia, nama pleus lengkap dengan e-mail gue.
siyalnya, gue waktu ngirim e-mail tersebut gak memprediksi bahwa nama + e-mail gue bakal terpampang secara publik. kalo tau gitu, gue akan pake e-mail khusus yang emang gue legowo-in untuk menerima apapun di inboxnya.
walhasil, karena penampakan tersebut, gue menerima e-mail dari beberapa orang yang berhubungan dengan e-mail pertanyaan gue tersebut. dan lebih kerennya, suli murwani tersebut tak tampak dari salah satu pe-reply e-mail gue.
dari 3 e-mail tersebut, cuma 1 yang approach nya lumayan, yaitu: menjawab pertanyaan gue. 2 lainnya dengan terus terang memberikan penawaran dari produk nya.
yang jadi permasalahan buat gue;
lucu nih,
image diambil tanpa ijin
dari postingannya cosa
nyambung ke nomer 3 itu,
kalo gue perhatiin beberapa tipi, seperti rcti, jaktv mencantumkan e-mail personalnya anchor mereka [ketika lagi bawain berita]. berdasarkan hal diatas tersebut, gue curiga, e-mail tersebut kaya'nya ga dibaca personal deh sama para anchor tersebut. minimal masuk ke redaktur nya ;),
siap ga ya, mereka terima e-mail spam? heheh ;p
bahasa indonesia merupakan bahasa yang mempunyai daya serap tinggi terhadap bahasa asing. banyak kata yang tidak terdapat pada bahasa melayu (yang merupakan cikal bakal bahasa indonesia) kemudian diserap, dibakukan, dan jadilah kata yang ter'daftar' dalam bahasa indonesia.
kemungkinan besar kata / istilah asing tersebut memang pada dasarnya tidak ada padanannya dalam kata bahasa indonesia, sehingga mau ga mau diasimilasi eh dinaturalisasi (eh ..apa ya istilahnya).
cuma, koq ya penggunaan kata kata asing itu kesannya tidak ada aturannya, sehingga digunakan dengan interpretasi sendiri sendiri. terutama oleh yang ingin menggunakannya.
salah satu kata asing yang kemudian jadi kata dalam bahasa indonesia adalah bank.
banyak bank [kata benda] yang menyingkat nama bank nya. tapi penyingkatannya ternyata tetap menyantumkan kata 'bank' didalamnya.
contoh : bank central asia disingkat jadi bca, bank internasional indonesia jadi bii, bank negara indonesia disingkat jadi bni, bahkan bank indonesia disingkat jadi bi.
keheranan pun muncul ketika bca sering disebut sebagai bank bca, bii disebut bank bii, bni sering diucapkan sebagai bank bni. kenapa bukan bank ca, bank ii, bank ni? takut kalah saingan dengan bang pi'i, bang ji'i :D?
jadi, kalo disebut seperti itu, kalo dipanjangkan singkatannya, jadi bank bank central asia, dst. dunk?! :o
entah..
kemudian ada pula bank yang mengembangkan sayapnya dengan mendirikan unit syariah.
yang menarik perhatian gue adalah peletakan kata syariah pada nama bank mereka. dari sekian bank yang ada kata syariah nya cuma bank syariah mandiri yang meletakan kata syariah sebelum nama banknya. sementara bank bank lain meletakkan kata 'syariah' dibelakan nama bank nya. misalnya bni syariah, bii syariah, bank niaga syariah.
setelah membrowse sana sini, ternyata bank syariah mandiri adalah bank beneran, dengan mendirikan sebuah pt. sementara bank lain yang kata syariahnya dibelakang adalah bank dengan unit syariah, hanya divisi, bagian dari bank tersebut, sama sekali tidak bebadan hukum.
tapi kemudian, ketemulah gue dengan bank mega syariah. gue kira ini sama seperti unit divisi syariah bank normal. tapi ternyata gue salah sodara sodara. soalnya bank mega syariah mempunyai bank tersendiri yang terpisah dari bank mega, dan aslinya bernama pt bank syariah mega. lihat posisi kata syariahnya!.
lha, koq terus kenapa disebutnya bank mega syariah? bukannya bank syariah mega?
entah..