yang pertama terlintas di otak, ketika orang melihat gambar ini, pasti bilangnya kadal.
tapi, koq, itu caption di atasnya bilang buaya arab, buaya mesir?
gambar buaya tadi gue ambil dari utas, thread tweet ini
A thread of medieval paintings of animals that look nothing like real animals because the artist had never seen them.
Starting with – The Oyster pic.twitter.com/gzUIGs96AP— Daniel Holland (@DannyDutch) October 5, 2020
hal yang pertama terpikir ketika tweet ini lewat di lini masa, timeline, adalah koq bisa ya bikin gambar dari barang, benda, makhluk yang belom pernah diliat?
walaupun mungkin berusaha agak mirip, tapi ya dari gambar kaya’ begitu melesetnya banyak.
lalu, tadi nonton star trek : lower deck s01e07. pada episode tersebut, salah satu karakter, d’vana tendi membuat anjing. dia bilang “it just perfectly normal dog”.
tapi pada kenyataannya, anjing tersebut bisa berubah bentuk, bisa terbang, bisa ngomong. dan hal ini adalah hal yang perfectly normal untuk anjing — menurut tendi.
oh ya, d’vana tendi ini bukan manusia bumi, dia bangsa orion. yang mungkin di planet asalnya tidak ada anjing.
jadi ketika sesuatu dibuat hanya berdasarkan deskripsi, walhasil imajinasilah yang bekerja. mereka-reka,
seperti apakah alien? benarkah alien itu bentuk kepalanya lebih besar dari lebar badannya?, serta apakah badan alien pendek?
semuanya rekaan, karena digambar dari cerita-cerita orang yang melihat alien.
jadi ingat blog postnya zam tentang bangunan Rumah Cina Sanssouci, bangunan bergaya china, tapi pembuatnya sama sekali belum pernah ke china.
tapi entah beneran ada atau engga, ada orang yang bisa gambar muka orang cuma berdasarkan cerita. seperti pelukis sketsa untuk polisi di film-film.
nah sekarang tinggal bagaimana yang memberi deskripsi dan yang menerima deskripsi bisa sepaham.
Communication Gap in programming/software projects. LOL. https://t.co/q36ibr2Mr6 pic.twitter.com/lvcCuChupM
— The Best Linux Blog In the Unixverse (@nixcraft) September 13, 2020
Kayak lihat gambar pria gondrong ikal, berewok, berjubah, seringnya putih, wajah yang banyak beredar adalah kaukasoid, lalu menyimpulkan itu Yesus. Entah dari mana si anak pelukis dapat rujukan visual.
Dulu belum ada fotografi sih. Mungkin pernah ada lukisan atau sketsa portraiture Yesus tapi belum ketemu. Siapa tahu kan? Pernah ada laporan riset, Yesus berkulit gelap dan keriting.
Yakin dan menerima gambar sosok yang itu gak soal karena tak merugikan siapa pun. Gak percaya juga boleh.
Wajah Gajah Mada apakah seperti yang kita kenal? Pak Yamin yang lebih tahu.
di satu sisi, ini adalah salah satu cara manusia untuk mengeksplorasi dunia baru. bagaimana apa yang ia gambar atau tuangkan salah atau benar jika tidak ada hasil karya yang dituangkan?