akhirnya, gue mendapatkan bukti kalo komputer umum, seperti yang ada di tempat pencetakan foto, itu jadi lahan penyebaran virus.
public computer booth
Symantec Antivirus alert
pajangan dengan tulisan "tamu harap lapor" biasanya banyak ditemui di lobby ataupun resepsionis di gedung perkantoran.
gue bilang pajangan, karena bagi sebagian orang, tulisan tersebut tidak berarti apa-apa, cuma hiasan meja si resepsionis atau sekuriti. dari pengamatan gue, "sebagian orang" tersebut kebanyakan orang yang "penting" dan "pintar". mereka menganggap tulisan tersebut membodohi dan melecehkan mereka, sehingga mereka cuekin aja.
siang ini -- di tempat klien --, gue mau ke basement, dari lantai 7.
lift berhenti di lantai 1, dan beberapa orang didalam lift keluar.
trus sesaat lift hendak menutup, tiba-tiba dua orang berjas rapih, salah satunya orang asing, masuk kedalam lift.
begitu masuk, mereka celingak-celinguk mencari tombol nomor lantai yang biasa dipencet untuk menuju lantai yang akan dituju. begitu sadar bahwa tombol tersebut tidak ada. mereka buru-buru memencet tombol pembuka pintu. untung pintu lift terbuka dan mereka segera keluar.
lift di gedung ini memang tidak ada tombol lantai di dalam lift. tapi adanya di luar. jadi, orang harus menentukan dulu lantai mana yang mereka tuju sebelum masuk ke lift dengan memencet tombol yang ada di gang - di luar lift.
kalau saja kedua orang pintar dan penting tersebut, mau me-lapor-kan keberadaan mereka, hendak kemana, lantai berapa, tentu mereka akan dipandu oleh sekuriti dengan menunjukkan apa yang mereka harus lakukan.
dan juga dengan melaporkan diri, mereka akan dapat IDcard visitor, yang akan memudahkan mereka berinteraksi dengan orang lain dan di identifikasi oleh sekuriti di lantai yang mereka tuju.
karena semua pintu dilengkapi dengan kunci elektronik yang hanya bisa dibuka dengan IDcard pegawai. jadi untuk tamu, harus dibukakan oleh sekuriti.
bahkan, jika mau ke kantor tetangga (masih di gedung yang sama) mereka harus dapat IDcard visitor khusus untuk bisa memecet nomor lantai kantor tetangga tersebut. tanpa IDcard khusus tersebut, ga bisa sampai ke lantai yang dimau, karena tombol lantai nya tidak akan bereaksi sebelum ada verifikasi magnetik dari IDcard tersebut.
gak lucu khan, udah rapih, kelihatan penting, tapi cengo' karena ga tau musti ngapain di kantor/gedung orang.
atau, mungkin diganti aja ya tulisan "tamu harap lapor" dengan "malas melapor, sesat di gedung" :)
"dirapiin aja," begitu selalu yang gue sampaikan ke tukang cukur, setiap gue potong rambut. duduk dengan tenang sampai selesai, dan whalla! hasilnya ajaib.
kenapa gue bilang ajaib, karena penafsiran "dirapiin aja, dirapihkan saja" ternyata berbeda-beda untuk setiap tukang cukur. bahkan dengan tukung cukur yang sama dengan selang waktu beberapa minggu/bulan kemudian, ternyata penafsirannya berbeda juga.
padahal rambut gue ini ya gini gini aja, modelnya gak bisa diapa-apain. option yang tersisa apakah itu gondrong tapi lemes/jatuh, apa pendek 1 - 2 cm tapi jigrak berdiri-diri.
tapi, setiap cukur, hasilnya beda-beda!
photo: ngambil dari http://www.panoramio.com/photo/8107699 tanpa seijin pemiliknya untuk kepentingan non-komersial