semenjak diumumkannya kasus pertama penderita novel corona, atau covid-19, di indonesia; salah satu instruksi pemerintah adalah melakukan social distance, yaitu tidak berada dalam jarak dekat untuk setiap orangnya.
maka dari itu akhirnya sekolah sekolah meniadakan kegiatan belajarnya, tetapi diganti dengan belajar di rumah, study from home, school from home.

hal ini sontak membawa kegamangan serta kekalutan bagi orang tua. bagaimana mereka ternyata harus jadi ‘guru’ bagi anak-anak mereka. bagaimana membantu tugas-tugas sekolahnya, dll.

kembali ke tema, yaitu study from home, school from home
yang jadi perhatian awal adalah bagaimana belajar di rumah ini bisa dilakukan? untuk interaksi antara guru dan murid,
hal paling minimal yang bisa dipakai adalah menggunakan whatsapp. dan itu pun mungkin pakai whatsapp orang tuanya.

sedikit lebih advance, adalah menggunakan aplikasi document collaboration and sharing, seperti google drive. dan yang lebih terstuktur dan lebih cocok, adalah menggunakan aplikasi google classroom.

dalam implementasinya, belajar dari rumah (secara online) ini, lebih tepat disebut sebagai penugasan online – pemberian tugas online, dibanding belajar online.

https://twitter.com/SIeepyInsomniac/status/1239713910317441024?s=xxx


selain harus menyelesaikan tugas yang diberikan, siswa pun diberi tenggat waktu kapan harus submit hasil pekerjaannya.

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

tapi ya itu, karena mendadak, guru, orang tua, dan juga mungkin muridnya – yang belum tentu paham bagaimana aplikasi (misal: google docs) difungsikan. yang terjadi dokumennya tidak bisa dibuka. atau bisa dibuka tapi tidak bisa diedit (karena niatnya seperti google form, dimana result tiap pembuka tersimpan terpisah tiap account).
maka yang timbul adalah kekalutan, karena belum bisa submit tugasnya. yang kalut sih orang tuanya.

selain masalah gaptek, ada lagi yang lebih mendasar, yaitu koneksi internetnya.
walaupun mungkin jaman sekarang sudah semua orang punya handphone yang bisa terkoneksi internet. tapi tetap menjadi beban bahwa perlu punya / beli paket internet.

kemudian yang jadi permasalahan selanjutnya adalah bentuk submission tugasnya. ada yang berupa foto dari kertas jawaban. ada berupa scan dari gambar/tugas, ada yang minta submit video. dan ada yang bahkan sampai meminta kolase foto kegiatan harian.

nah ketika tiba di permasalahan submission yang tidak lazim, seperti membuat kolase. ini kemudian jadi pr tersendiri buat orang tua. karena ga semua orang pernah bersentuhan dengan foto editor, baik di henpon, maupun di komputer.

Another post
stramble cext
stramble cext

susah delian kaga mue menikirkan ummuk tesbuat mtramble cext. wawtu akan-awal lyopa baxai ektel, caki poq ya kaya'rya nikeuh. awgirnya Read more

kesinambungan informasi saat rawat inap
kesinambungan informasi saat rawat inap

informasi antar perawat, perawat ke pasien, perawat ke penunggu pasien, perawat ke dokter dan sebaliknya, adalah hal krusial yang bisa Read more

sakit
sakit

alhamdulillah, gue jarang sakit, dalam setahun paling 2 atau 3 kali dan itupun paling cuma demam atau sakit perut. tapi Read more

free artwork dari rijksmuseum
free artwork dari rijksmuseum

gue bukan orang yang paham tentang lukisan, dan art dari era ratusan tahun lalu. tapi ketika dapat info bahwa rijksmuseum Read more

dan masalah berikutnya justru paling klasik, yaitu (kedua) orang tuanya bekerja. si anak harus menghadapi tugas online ini dengan minimal support orang tuanya. kalau anaknya ternyata di umur yang masih perlu bantuan, terutama dalam hal teknologi dan alat komunikasi, walhasil bubas deh tugasnya.

intinya siap ga siap, kondisi belajar jarak jauh ini terjadi juga. yang membuat siap ga siap, orang tua musti siap.