@fotodroids beberapa waktu mengadakan workshop fotografi yang membahas street photography. dari woro-woro di twitnya.
selama ini gue emang belum pernah paham sama genre foto ini, juga belom paham sih dengan genre foto-foto yg lain :D. jadi pendapat gue terhadap street photography hanya sebatas penterjemahan arti dari kata tersebut, yaitu ngambil foto di jalan atau lingkungan sekitar.Â
di salah satu tweetnya @fotodroids memberikan URL ke postingan engadget yang juga sedang membahas street photography. bahkan setelah melihat video di postingan si engadget itu pun, pandangan gue ga berubah.
sampai ketika oom ben @ngarepmburi memaparkan apa sih street photography itu. street photography itu adalah salah satu genre yang paling jujur. jadi memoto apa adanya tanpa mengubah si subyek. makanya dari presentasi foto foto yang ditampilkan sama sekali ga ada yang menarik (baca: nyeni).
karena fotografi terbagi dua; dokumenter dan seni. dan street photography ini masuk pada kategori dokumenter. jadi wajar kalo foto-foto nya sama sekali ga artistik ataupun nyeni.
buat gue ini bener bener menohok, karena anggapan gue yang namanya photography itu harus nyeni, harus bagus.
nah, untuk bisa memahami foto dari steet photography ini, harus bisa 'membaca' foto. jadi ada rules atau pakem tentang bagaimana sebuah foto street photography dieksekusi.
rules nya antara lain: similarity, humor, symbol, irony.
nah ketika rules tersebut tercakup dalam foto yang diambil, maka barulah bisa dinilai apa photo itu 'bagus' apa 'ga bagus'.
si oom ben berseloroh, kira kira: "kalau cuma foto tukang bajaj lalu dianggap street photography , lah itu banyak banget yang masuk ke sidewalkers.asia. tapi ya ga lolos karena tidak ada rules nya yang ter-apply."
kemudian permasalahan yang paling sering terjadi ~ terutama buat newbie dalam mengeksekusi street photo adalah bagaimana berhadapan dengan subyek. karena fotografer nya ga boleh sembunyi-sembunyi. dan juga harus sopan terhadap subyek, jika misalnya subyek menujukan gesture penolakan, maka jangan lah si fotografer kekeuh pengen moto juga.
nah buat orang yang tidak pede-an, sangat-sangat susah untuk melakukan hal ini. takut subyeknya marah. takut subyeknya gebukin dia, dll.
kembali ke hal bahwa street photography adalah genre fotografi yang jujur. jadi touch up semacam sotosop (mengedit dengan tools image editing ~ photoshop) sangat diharamkan. namun untuk hal standar seperti cropping, masih dibolehkan. bahkan oom ben menyarankan untuk pemula untuk mengcrop photonya untuk membiasakan atau mencari style photo nya.
begitu juga dengan subyeknya, kalau sampai subyek posing, itu jatuhnya sudah bukan dokumenter lagi, tapi ke ranah art.
lalu yang paling out of context adalah, street photography itu sehat.
karena harus berjalan kaki :DÂ
btw ini link ke blog foto foto gue: http://photoinpicture.wordpress.com
jika ada orang yang berkemampuan menghentikan kejahatan tapi ga dilakukan, ya itu sama aja dia juga melakukan kejahatan. contohnya ya polisi, dia ngeliat orang lagi mau maling, tapi dia ga mencegahnya , ya sama aja si polisi itu maling.
ditulisan ini gue cuma mau fokusin ke hal-hal lalu lintas. seperti yang sering gue amati, di beberapa tempat seperti persimpangan sarinah, persimpangan pasar baru, persimpangan dokter sutomo, itu para polantas ga guna banget. ada yang melanggar rambu (lalu lintas) di depan mata tu polantas, di cuekin. buat gue yang berusaha banget ga melanggar rambu jadinya gondok banget. super gondok.
Tiap hari gue dirugikan sama polantas yg ga menindak pelanggar lalulintas, udah capek-capek tertib diperlakukan sama kaya yg ga tertib
— snydez (@snydez) September 22, 2012
nanti giliran gue melanggar hal hal ga penting yang ringan seperti misalnya ga menyalakan lampu motor - karena kelupaan, ga sengaja, eh malah disetopin dan ditilang.
beberapa contoh kasus, sore hari jam 5-an, persimpangan pasar baru - hotel golden itu parah banget, yang mau kekanan cuma dikasih satu lajur, karena lajur paling kanannya sudah dipakai untuk busway. nah ada mobil , motor yang masuk busway dan pada saat bersamaan , kendaraan yang mau kekanan dapat giliran hijau. eh motor mobil yang dari busway ternyata pengen lurus, dan maksa. eh polantas yang persis berhadapan dengan kondisi itu, cuek aja.
nah kalo pelanggaran rambu dicuekin gitu aja, walhasil para pelanggar lalu-lintas merasa aman. merasa itu adalah hal biasa. jadi lain kali juga melakukan lagi. itu baru pikiran satu orang pengendara, tapi kahn orang sini itu membebek, walhasil begitu melihat orang lain ga diapa-apain sama polantas, dia juga merasa ikutan aman.
polantas mau seberapa buncit perutnya juga ga dianggap, dimana rasa takut sama polantas juga sudah hilang.
Itu tmc emang bisanya ngetweet doang. Coba lah datang ke persimpangan gunung sahari - pasar baru, sarinah, dll. Pelanggar rambu bebas aja
— snydez (@snydez) September 22, 2012
jadi kemanain itu wibawa polantas sebagai pengegak hukum, dilecehin sama pengendara karena kelakuan sendiri
kalo gue ngerti hukum , mungkin gue akan bikin class action, gue bakal tuntut semua polantas yang ga memproses para pelanggar rambu itu di'tilang' dan mereka menjalani pengadilan sendiri.
selain masalah gondok karena pembiaran pelanggaran itu, hal yang lebih serius adalah terjadinya kecelakaan.
pada malam hari, beberapa kali gue ngeliat kecelakaan di persimpangan sarinah, karena yang satu maksa belok, sementara yang lurus juga ga ngeh kalo ada yang belok
nah kalo kaya' gitu emang polisi disitu mau tanggung jawab? nyawa orang lho..
yang ada malah polantasnya nyari 'untung' dari kecelakaan
intinya sih: kalo ada hal hal kecil negatif tapi dibiarin, semakin lama jadinya malah kejahatan kelas kakap. seperti yang dilansir sama broken window theory deh.
Beda negara, beda lalu lintasnya. tapi cuma ada dua jenis, yaitu yang 'setir kanan' apa 'setir kiri'.
Indonesia, Australia dan Inggris itu setir kanan. Amerika dan sebagian besar negara di dunia setirnya di kiri.
Di Indonesia, kalau kita menghadap jalan raya mau nyeberang, maka lalu lintasnya bergerak dari kanan ke kiri. dan setir mobilnya di kanan.
tampaknya hal ini juga berlaku untuk orang Arab yang baru pertama kali ke Jakarta. beberapa waktu lalu gue menyaksikan ada orang Arab, yang nyeberang jalan tapi melihat ke arah yang salah, walhasil nyaris saja dia ditabrak taksi. si supir taksinya misuh-misuh menyangka si orang arab ini nyeberang gak liat jalan.