orang suka sekali belanja barang mahal, tapi setelah itu sama sekali tidak berniat untuk merawatnya dengan baik. atau beli barang mahal tapi gak mau beli supporting accessories-nya.
memang sih pada intinya, biasanya barang mahal, perawatan atau aksesorisnya pasti mahal juga, tapi khan itu penting.
contoh: misalnya beli mercy - mercedes benz tapi malah nanya bensinnya irit apa engga. ... ya mbo' ya. beli mobil milyaran gitu loh! koq malah ga pengen keluar uang buat bensin tambahan.
beli henpon canggih, smartphone lah, tapi ngisi pulsanya ketengan, beli 10 ribuan.
atau
atau
mungkin dibenak para konsumer barang mahal ini, kalo beli barang mahal, yau udah sekali itu aja pengeluaran - ga pa pa mahal yang penting ga ada pengeluaran tambahan lagi.
Apa sebenarnya syarat sebuah bandara bisa disebut "International"? apa karena menyediakan penerbangan ke/dari luar negeri?
kalo cuma karena itu, harus di evaluasi lagi peng-embel-an "internasional" pada sebuah bandara.
Bandara Internasional Minangkabau adalah pintu gerbang udara Sumatera Barat dari dunia luar. ketika menjejakkan kaki pertama kali di bandara ini, bayangan gue akan kemewahan sebuah bandara internasional langsung pupus.
ketika mendarat, cuaca dalam keadaan hujan. betapa kagetnya ketika gue melihat tas-tas bagasi pada basah kehujanan. dan ketika sampai di kampung, baju baju dibagian terluar basah semua.
ketika hendak kembali ke jakarta, entrance-nya cuma satu, mesin x-ray juga cuma satu, dan sikap orang indonesia yang ga mau ngantri, akhirnya selak-selakan. kalo selak-selakan gitu, bisa aja kejadian salah comot barang bawaan begitu keluar dari mesin x-ray.
lalu penggunaan timbangan bagasi yang manual - gak otomatis langsung ngeluarin karcis bagasi. rentan manipulasi.
note: digital belum tentu otomatis. yang digunakan sih memang timbangan berdispaly digital (seven segment). tapi tetap di entri manual ke komputer untuk kemudian di print - manual juga.
jadi kemarin rencana akan memasukkan 22 tas sebagai bagasi. ketika nimbang tas pertama, dan kedua, ga ada masalah, masih bisa diketik segera, dan karcisnya keluar.
tapi begitu tas tas berikutnya, si petugas check-in nya keteteran, berapa kilogram kah tas ketiga dan ke-empat? si petugas yang menaruh bagasi ke ban berjalan juga dengan pede-nya nyebut berapa kilogram tas yang dia ingat. yang belum tentu juga akurat.
dan mushola nya benar-benar menyedihkan, cuma satu ceruk, yang mungkin tujuannya tadi untuk toko. padahal daerah sumatera barat katanya daerah dimana populasi muslim tinggi. tapi mushola aja gak bisa bikin di sebuah bandara yang bertitel internasional.
sekali lagi, kalo bandara dibilang sebagai bandara internasional karena ada penerbangan luar negerinya. mendingan dikaji ulang deh, kalo kondisi dan pelayanan penerbangan, kondisi bandaranya ga level internasional.
hasil kerja keras yang sudah memakan waktu dan energi, kadang bisa hangus hanya karena kita masih kurang berusaha. begitu mungkin yang bisa gue tangkap dari obrolan dengan neil tadi pagi.
lagi ngebahas kerjaan, neil beranggapan kerjaan yang dia komandoin sekarang seperti menahkodai kapal yang rusak yang sebentar lagi sebenarnya sudah akan sampai merapat di pelabuhan. tapi karena kapalnya rusak, ada kemungkinan akan tenggelam.
nah kalau dia malah melarikan diri dari kapal tersebut, kapalnya pasti jadi beneran tenggelam. sementara pada saat kapal tenggelam, bisa jadi ada orang yang datang menolong dan bisa membawa kapal merapat ke pelabuhan. walhasil orang yang cuma membawa kapal dalam waktu dan usaha yang lebih sedikit, tapi berhasil sampai di pelabuhan, akan mendapat tanda jasa, kepahlawanan. sementara dia yang sudah membawa kapal dari jauh, padahal tinggal dikit lagi sampai, akan dianggap sebagai an asshole karena melarikan diri.
mirip-mirip peribahasa: panas mentari setahun, dihapuskan hujan sehari. susah susah berbuat baik bertahun-tahun, eh sama sekali ga dianggap. giliran berbuat salah sekali, diingatnya bertahun-tahun.
walaupun gak ada hal yang sempurna, mau ga mau kita musti memaksakan kesempurnaan dalam berkarya, kalo ga ya ngga dianggap acan.